Pertimbangan UNESCO terhadap Penerimaan Status Keanggotaan Penuh Palestina dan Implikasinya Terhadap Pengakuan World Heritage

Authors

  • Palupi Anggraheni Universitas Brawijaya

DOI:

https://doi.org/10.21776/jtg.v3i1.49

Abstract

UNESCO (United Nations Education, Scientific, and Cultural Organization)badan PBB yang bergerak pada pengembangan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan menerima permohonan Otoritas Palestina (OP) untuk mendapatkan status keangotaan penuh pada sidang General Conference (GC) ke 36 UNESCO pada 31 Oktober 2011. Penerimaan status keanggotaan penuh UNESCO ini berdampak signifikan pada Palestina. Salah satunya adalah terbukanya akses untuk meratifikasi konvensi-konvensi UNESCO dan berhak mengikuti progam-program dan bantuan dari UNESCO termasuk pengiriman nominasi pendaftaran situs warisan budaya (Program World Heritage List). Keputusan ini tetap diambil UNESCO meskipun mendapat tentangan dari negara pendonor terbesarnya, yakni Amerika Serikat, dan diikuti tindakan serupa oleh Israel. Pertimbangan UNESCO untuk mengambil keputusan yang berlawanan dengan keinginan negara pendonor terbesarnya ini menjadi pembahasan utama dalam tulisan ini.

Kata Kunci: UNESCO, OP, perilaku organisasi internasional, heritage, konflik,
Pendahuluan

References

Anonim. Palestinian Statehood and collective recognition by the United Nations. Sir Joseph Hotung Programme for Law, Human Rights and Peace Building in the Middle East, School of Oriental and African Studies. 2011. (online) <https://www.soas.ac.uk/lawpeacemideast/file70357.pdf> diakses pada 05.01/16

C. Engel, Laura and Rutkowski ,David.. UNESCO Without U.S. Funding? Implications For Education Worldwide Center for Evaluation & Education Policy , 2012 Indiana Unversity (online) <http://ceep.indiana.edu/projects/PDF/SP_UNESCO.pdf> diakses pada 11/06/15

Intifada Palestine.. Dr. Hanan Chehata:The Cultural Genocide of Palestine. 2010. Diakses pada 14 Februari 2016 <http://www.intifada-palestine.com/2010/05/dr-hanan-chehatathe-cultural-genocide-of-palestine/>

France in United Kingdom, Embassy of France in London. “Recognition of Palestine is a right, says Foreign Minister†(Arsip Berita edisi 2012- Mei 2015) (online) <http://www.ambafrance-uk.org/Recognition-of-Palestine-is-a> diakses pada 21 Oktober 2015

Konstitusi UNESCO < http://whc.unesco.org/archive/convention-en.pdf> diakses paa 19/08/15

Meskel, Lynn. State of Conservation: Protection, Politics and Pacting within UNESCO’s World Heritage Committee. Jurnal “Anthropological Quarterlyâ€, 2014 Vol. 87, No. 1, p. 217-244, <http://www.networkedheritage.org/wp-content/uploads/2011/08/AQ_Meskell.pdf>

Vick Karl. Palestinian Statehood Gets Recognized by UNESCO: What’s Next?. Majalah “Time†edisi 31 Oktober 2011 (online), <http://world.time.com/2011/10/31/palestinian-statehood-gets-recognized-unesco-whats-next/>diakses pada 29 Desember 2014

Zacharias, Diana The UNESCO Regime for the Protection of World Heritage as Prototype of an Autonomy-Gaining International Institution. Special Issue: Public Authority & International Institutions Thematic Studies (online) 2010 <http://www.germanlawjournal.com/pdfs/Vol09No11/PDF_Vol_09_No_11_1833-1864_Articles_Zacharias.pdf> diakses pada 30 Desember 2014, hal 11

Downloads

Published

2017-08-16